Ambon – Pengelolaan keuangan di SMA Negeri 4 Saparua sangat amburadul. Pasalnya, kendati ada bendahara sekolah, namun pengelolaan keuangan di sekolah tersebut diatur dan dikendalikan langsung oleh Kepala sekolah, ZL dengan dibantu isterinya WS yang bukan guru atau pegawai di sekolah tersebut.
Sumber media ini di sekolah tersebut menyebutkan, mulai dari dana pembangunan sampai bosnas dan bosda termasuk uang komite di sekolah tersebut, diatur dan dikendalikan oleh sang kepala sekolah.
Hal itu juga dibenarkan bendahara sekolah, Juliana Leutualy,”Beta memang sebagai bendahara sekolah, tetapi seng pernah pegang uang dari dulu, karena semua itu dipegang dan diatur oleh kepala sekolah dan isterinya,”tegas Leutualy kepada media ini melalui telepon selulernya saat dikonfirmasi, Rabu malam (13/11/2019) lalu.
Dia mencontohkan, dirinya pernah diminta kepala sekolah untuk membuat laporan pertanggung-jawab termasuk tanda-tangani kwitansi belanja, setelah selesai pembangunan RKB beberapa waktu lalu, namun dirinya menolak, karena selain tidak pegang uang juga tidak tau soal belanja tersebut.
“Saat itu beta menolak untuk buat laporan dan tanda tangan kwitansi. Bahkan beta pung suami juga melarang untuk tidak boleh tanda-tangan kwitansi apapun,”ujar Leutualy.
Selain itu katanya, “Saat pencairan dana bosnas triwulan lalu, dana yang cair sebesar 100 juta rupiah lebih, namun kepala sekolah minta diberikan 30 juta rupiah, katanya untuk bayar utang dan diberikan untuk beta pegang hanya 70 juta rupiah lebih. Beta juga tidak tau utang apa yang dia maksudkan. Anehnya, beta juga diminta untuk buat laporan penggunaan dana bosnas tersebut, tetapi beta menolak dan sampai saat ini laporan tersebut tidak ada,”jelasnya.
Saat ditanya tentang penggunaan dana bosda di sekolahnya, Letualy katakan, selama ini dana bosda itu digunakan untuk membayar gaji guru honor di sekolah tersebut.
Masih menurut sumber yang sama, pasca proyek pembangunan gedung baru SMA Negeri 4 Saparua tahun 2015-2016 lalu dengan dana bantuan pusat sebesar 2,4 milyar rupiah, kepala sekolah dan isterinya menjalankan usaha simpan pinjam untuk masyarakat umum dengan besar pinjaman sampai puluhan juta rupiah.
Dikatakan, kondisi tersebut sangat meresahkan para guru dan pegawai di sekolah tersebut, “Namun kami tak berdaya dengan sikap kepala sekolah dan isteri, apalagi saat ini mereka tinggal di kantin sekolah,” tambahnya.
Sementara itu, kepala SMA Negeri 4 Saparua, Zeth Lopulalan, S.Pd saat akan dikonfirmasi, yang bersangkutan tidak mau menerima telepon ketika ditelepon berkali-kali, bahkan sudah di WhatsApp dan sms untuk jelaskan maksud dan tujuan dari telepon tersebut, hasilnya juga tetap sama.