Ambon – Eliza Marthen Kissya, warga Negeri Haruku, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, patut dicontohi warga masyarakat lainnya, dalam menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan hidup serta alam sekitar.
Sebagai Kewang kepala di Negeri asalnya, pria kelahiran 73 tahun lalu, sudah mengabdi selama 43 tahun sebagai kepala kewang, dan telah melakukan sejumlah kegiatan yang tujuannya untuk menjaga dan memelihara lingkungan hidup dan alam di sekitarnya, diantaranya melakukan penangkaran maleu, pengkaran penyu, penanaman terumbu karang pakai batok kelapa, penanaman manggrove dan kegiatan sasi lompa.
Bukan saja itu, Ia juga di undang untuk melakukan sosialisasi di luar Haruku, diantaranya di Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Seram Bagian Timur (SBT) bakan sampai ke provinsi Maluku Utara.
Selain itu, Eliza Marthen Kissya yang biasanya disapa pak Eli, juga terus menerus melakukan pembinaan terhadap Kewang-Kewang kecil atau Kewang muda di tempat asalnya, sehingga kelak dapat melakukan perannya untuk menjaga dan memelihara lingkungan hidup dan alam sekitarnya.
Kegiatan-kegiatan inilah yang kemudian mengantar dirinya sebagai calon penerima penghargaan “Kalpataru” tahun 2022 untuk kategori pembina lingkungan oleh kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI, dan akan menerima penghargaan yang akan diberikan oleh Presiden Joko Widodo tanggal 10 Juni di Jakarta.
Penetapan itu berdasarkan usulan dari dinas Lingkungan Hidup provinsi Maluku, terkait kegiatan yang dilakukan kementrian LHK dalam rangka hari lingkungan hidup sedunia tahun 2022.
Dan dari 20 orang yang berasal dari provinsi masing-masing, nama Eliza Marthen Kissya masuk dalam 10 besar orang yang ditetapkan sebagai calon penerima pengharagaan Kalpataru 2022 untuk kategori Pembina lingkungan, dari empat kategori, yakni kategori Perintis lingkungan, Pengabdi lingkungan, Penyelamat lingkungan dan kategori Pembina lingkungan, merupakan usulan dari dinas Lingkungan Hidup provinsi Maluku.
Ini adalah Kalpataru ke-dua di bagi bapak dari 6 orang anak tersebut, karena sebelumnya pada tahun 1985 Ia juga menerima Kalpataru untuk kategori berbeda atau kategori Penyelamat Lingkungan.
Saat ditemui media ini, Selasa (7/6/2022) di Ambon, pak Eli mengaku, dirinya tidak pernah menyangka akan mendapat penghargaan Kalpataru untuk kategori Pembina lingkungan. Pasalnya, sebelumnya dirinya juga pernah di usulkan oleh dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Maluku Tengah, namun itu tidak berhasil.
“Walaupun begitu, beta tetap bekerja seperti biasanya, termasuk terus membina Kewang-kewang muda, karena yang beta cari bukan penghargaan atau hadiah, tetapi bagaimana bisa menjaga dan melestarikan lingkungan hidup dan alam sekitar,”ungkapnya yang sekali-sekali di akhiri dengan pantun ciptaannya.
Ditanya setelah menerima penghargaan Kalpataru kedua ini, Ia mengaku akan terus melakukan pembinaan kewang-kewang kecil atau kewang muda, karena itu yang menjadi tujuan atau sasarannya.”
Karena beta fikir saat ini beta sudah 73 tahun, setelah beta siapa yang akan mempertahan atau melanjutkan semua ini, sebab kalau anak- anak tidak berpengalaman dan tidak punya tekad, pasti akan menimbulkan masalah, sehingga dia harus belajar lagi. Karena itu dalam berapa tahun terakhir ini, beta fokus membina kewang-kewang kecil atau kewang muda di Haruku,”tutup pak Eli dengan pantunnya, “sekarang hari sudahlah malam, singgah dolo di Sanana, mari manfaatkan sumber daya alam secara arif dan bijaksana”. (*)