Namrole, Kabarsi.com – Tiga tokoh masyarakat Buru Selatan (Bursel) asal Sulawesi Tenggara (Sultra) mengajak warga Bursel asal Sultra, untuk mendukung dan memenangkan pasangan calon (paslon) Bupati dan Wakil Bupati Bursel, Hj Safitri Malik Soulissa- Gerson Eliaser Selsily (SMS-GES) dengan nomor urut 3 pada pilkada 9 Desember mendatang.
Ke-tiga tokoh tersebut yakni, La Abidin Wance, La Ahmad Buton dan La Juna Dokulamo kepada Wartawan, Sabtu (31/10/2020) lalu mengatakan, “Katong secara tegas menolak isu Buton bersatu yang telah dimainkan dan dihembuskan paslon Ajaib/Anak Kampong, yang dianggap telah melecehkan keberadaan kami warga asal Sultra, demi kepentingan sesaat yang merupakan bagian integral dari masyarakat Bursel,”tegas mereka.
Demikian halnya, isu yang telah menyinggung masyarakat adat Buru dan Ambalau dan telah membuat perpecahan dalam masyarakat, yang berpotensi bisa menimbulkan resistensi konflik horizontal.
Sebab menurut mereka, seluruh wilayah Bursel adalah hak adat ulayat masyarakat Bursel yang telah diberikan untuk dikelola oleh masyarakat basudara asal Sultra yang datang dan tinggal di wilayah tersebut secara turun temurun sebagai tempat usaha.
Mereka mengaku, isu primordialisme Buton bersatu, sengaja digunakan sebagai senjata ampuh oleh paslon Ajaib/Anak Kampong. “Itu kami nyatakan sebagai hoaks, fitnah dan intimidasi yang sengaja dihembuskan, untuk memisahkan katong warga Sultra dengan orang Buru yang selama ini katong su nyatakan sebagai orang basudara (Kai Wait) antara orang Buru dan Buton,”ungkap mereka.
Warga Bursel asal Sultra tersebut terdiri dari suku Boton, yakni Wanci, Tomia, Binongko, Cia-Cia, Lamena dan sejumlah warga suku Sultra yang lain.
Sementara itu di tempat terpisah tokoh Adat Bursel, Yohanes Nurlatu dan Yance Latbual mengatakan, landasan filosofi hidup orang Kai Wait merupakan sebuah penghargaan kepada basudara asal Sultra yang hidup di tanah Buru, telah memiliki hubungan keluarga yang kuat, seperti perkawinan diantara mereka yang selama ini tetap terjaga dengan baik bersama warga masyarakat adat Bursel.
“Namun sayangnya karena paslon Ajaib/Anak Kampong punya kepentingan sesaat, isu itu sengaja dimainkan/dihembuskan untuk memecah belah kebersamaan yang terjalin dengan baik selama berpuluh-puluh tahun, sejak nenek moyang kita mendiami dataran Pulau Buru. Dan isu tersebut sangat menyakitkan hati orang Buru dan orang Buton itu sendiri. Oleh sebab itu katong mau bilang, kalau su parlente bagaimana mau jadi pimpinan, pada akhirnya dong akan parlente katong lai. (Adam Kiat).