Ambon – Gubernur Maluku Murad Ismail dan Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa, menandatangani Kesepakatan Bersama Misi Dagang, di Grand Ballroom The Natsepa Hotel, Kamis siang (02/12/2021).
Penandatanganan MoU tersebut dirangkai dengan pemukulan Tifa oleh Gubernur Murad, Gubernur Khofifah, Wakil Ketua DPRD Maluku Rasyad Efendy Latuconsina dan Pangdam/XVI Pattimura Bambang Ismawan, sebagai tanda pembukaan kegiatan Misi Dagang, disaksikan Wakil Gubernur Maluku Barnabas Nathaniel Orno dan Ketua Dekranasda Maluku Widya Pratiwi Murad.
Kerjasama dagang ini salah satu tujuannya untuk meningkatkan jejaring konektivitas pelaku usaha antar kedua provinsi. Dan dari agenda pertemuan ini, diharapkan perekonomian kedua provinsi terus meningkat dan tidak tergantung kepada daerah bahkan negara lain (Impor).
Gubernur Murad dalam sambutannya mengatakan, agenda misi dagang dan penandatanganan kerjasama adalah cerminan dari pentingnya saling menolong, mendukung dan membutuhkan antara kedua pemerintah daerah.
Dikatakan, Jatim sebagai sebuah provinsi dengan kemajuan pembangunan dan tingkat perekonomian yang tinggi, serta memiliki para pengusaha besar, diharapkan dapat berinvestasi ke Maluku, karena di Maluku memiliki SDA yang melimpah, tetapi belum banyak dikelola secara optimal.
“Apa yang menjadi kelebihan di Jawa Timur, kiranya dapat ditularkan bagi Maluku. Dan kami berharap produk-produk UMKM Maluku dapat mengisi pasar-pasar besar di Jawa Timur dan sebaliknya,” harapnya.
Menurutnya, acara misi dagang ini merupakan satu hal yang positif, sekaligus membuka peluang bagi kedua provinsi, untuk saling membangun hubungan perdagangan yang didukung peran pemerintah seperti kebutuhan komoditi.
“Karena itu, apa yang kita lakukan hari ini, yang kita bangun adalah jembatan antara Maluku – Jatim dan bukan membangun tembok,” ujar Gubernur.
Ia pun mengucapkan terima kasih kepada Pemprov Jatim atas kesediaan mereka menjalin kerjasama dengan Maluku di sektor perdagangan.
Ditempat yang sama, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, apabila pelaku usaha sudah menentukan produk kerajinan berdasarkan analisis peluang usaha, maka mereka dapat menentukan sumber daya yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha tersebut.
Dalam perencanaan proses produksi kata Khofifa, diperlukan pengelolaan yang baik untuk mencapai tujuan perusahaan, salah satunya sumber daya material (Fisik).
Perusahaan atau pelaku usaha pada umumnya tidak menghasilkan sendiri bahan mentah yang dibutuhkan, tetapi membeli dari pihak lain. Untuk itu mereka berusaha untuk memperoleh bahan mentah dengan harga paling murah meskipun melalui tahapan pengangkutan dan membuat proses pengolahan seefisien mungkin.
“Material yang mereka (Pelaku usaha dari Jatim) butuhkan itu adanya di Maluku. Apakah pala, kopra dan rempah-rempah lainnya. Ikan dan seterusnya. Dari 32 rute tol laut di Indonesia, 27 itu basisnya di Surabaya. Maka kami harus membangun jembatan untuk memberikan kepastian kemudahan konektivitas yang lebih bagus,” kata Khofifah.
Menurutnya, ekonomi Jatim memiliki karakteristik yang berbeda dengan Maluku. Jatim didominasi sektor industri pengolahan, perdagangan dan pertanian. Sedangkan Maluku didominasi oleh sektor perikanan, peternakan, perkebunan, pertanian, dan pariwisata.
“Perbedaan karakteristik ini memungkinkan kedua provinsi untuk bekerjasama, saling mengisi serta bersinergi untuk mendorong kinerja ekonomi bagi kedua provinsi, yang selanjutnya juga memberikan dampak positif terhadap kinerja ekonomi Nasional,” katanya.
Ia menjelaskan, komoditi utama perdagangan antar pulau Jatim yang potensial untuk dikerjasamakan antara lain adalah beras, bawang merah, makanan ringan atau produk UMKM, jagung pipil kering, cabai rawit, daging ayam dan olahan, telur, dan lain-lain.
“Sedangkan komoditi utama perdagangan Maluku antara lain adalah arang, cengkeh, jahe merah, pala, kemiri glondong, kopra, kayu manis, kenari, kepiting, rumput laut, dan lobster beku,” jelasnya.
Usai penandatanganan tersebut, kedua Gubernur saling memberikan cinderamata, yang dilanjutkan dengan peninjauan 40 stand UMKM yang tersedia di lokasi acara.
Ke 40 stand tersebut terdiri dari 16 stand UMKM asal Maluku, salah satunya Gaav Eat and Craft. Komoditi yang ditawarkan usaha ini adalah makanan dan kerajinan seperti Abon Ikan Tuna dan Jus Pala Morela.
Sementara 24 stand UMKM asal Jatim, salah satunya UD Rafi Jaya. Komoditi Kerajinan yang ditawarkan adalah Kulit Ukir seperti sepatu, topi dan produk berbahan kulit asal Kota Sidoarjo.
Turut hadir, Plh Sekda Maluku Sadali Ie, unsur Forkopimda Maluku/Jatim, Ketua HIPMI Maluku Azis Tunny, Rektor Unpatti Ambon M.J. Saptenno dan undangan lainnya. (K-07)