Namlea – Dinas Pertanian (Distan) kabupaten Buru dalam tahun ini, akan memberikan bantuan melalui APBN dan APBD tahun 2020 untuk petani sawah, baik sawah basah maupun kering.
Bantuan tersebut untuk menanggapi keluhan dan permintaan petani sawah basah di dataran Waeapo akibat hasil panen tahun 2020 ini sangat merosot, sehingga tidak bisa menutupi biaya olahan.
“Dinas Pertanian akan membantu petani persawahan, baik itu lahan basah, maupun lahan kering melalui anggaran APBN dan APBD tahun 2020 ini,”ungkap Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan dan Horticultura Dinas Pertanian Kabupaten Buru, Supri Buton, S.Pi kepada media ini di kantornya, Selasa (31/3/2020).
Sayangnya, dirinya tidak merincikan berapa besar anggaran yang sudah disiapkan untuk membantu para petani di dataran Waeapo, maupun lahan kering di desa Awelina, kecamatan Air Buaya untuk mengatasi pesoalan mereka.
“Yang pasti kami siap memantu petani sawah lahan basah maupun lahan kering, termasuk bantuan benih padi Inbrida untuk 500 hektar sawah basah di dataran Waeapo dan 1200 hektar lahan kering di desa Awelinang. Jadi, 500 hektar untuk lahan basah dan kering itu di peruntukan untuk 113 kelompok tani di Kecamatan Waeapo, 64 kelompok tani untuk Kecamatan Waelata dan 28 kelompok di Kecamatan Lolong Guba, sementara 1200 Hektar pembibitan padi Inbrida juga di perutuhkan untuk petani lahan kering diKecamatan Airbuaya tepatnya di Desa Awelinang dan sekitarnya” Imbuhnya.
Terkait halitu kata Supri, pihaknya sudah terjun ke lapangan bersama- sama kelompok tani, untuk melakukan penyemprotan tehadap hama yang menyerang tanaman padi petani. “Kegitan itu berlangsung di Desa Wanareja Unit II Kecamatan Waeapo, Kabupaten Buru,”jelasnya.
Dari hasil pantauan di lapangan, “Kami harus mengakui kelompok tani di Dataran Waeapo mengeluh hasil panen bulan Maret tahun 2020 penurunan, hal ini diakibatkan adanya musim kemarau panjang di tahun 2019 kemarin, termasuk menyediakan mesin Alinstan/mesin pemotong padi untuk memanen hasil petani dengan menyewa dalam satu hektar sebesar 1.400 ribu rupiah, sedangkan kalau petani menyewa mesin pemotong padi dari pihak swasta untuk satu hektar petani harus mengeluarkan uang sebesar dua juta rupiah,”tambahnya.
Seperti yang diberitakan media ini, Minggu (29/3/2020) lalu, para petani sawah basah yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di dataran Waeapo, Kabupaten Buru mengeluh hasil panen sawah seluas 1,5 hektar hanya mencapai 2 ton gabah kering giling, sementara sebelumnya mencapai 4 ton gabah kering giling untuk sekali panen.
Hal itu itu dikarenankan sejumlah masalah yang mereka hadapi, diantaranya sulit mendapatkan air untuk mengairi sawah karean saluran drainase yang buruk, sulit mendapatkan pupuk dan obat dibutuhkan. Dan kalaupun didapat, harganya mahal, termasuk ongkos sewa mesin pemotong sawah sampai dua juta rupiah.