Nani Rahim : Rapid Test Bukan Gold Standar Untuk Mendiaknosa Covid-19

by -78 views
Juru Bicara Gugus Tugas penanganan Covid-19 Kabupaten Buru, Nani Rahim.

Namlea –  Juru bicara satuan Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Kabupaten Buru, Nani Rahim mengatakan, rapid test bukan gold standar untuk mendiaknosa covid-19.

Dalam siaran persnya lewat pesan WhatsApp yang diterima media ini, Minggu sore (26/4/2020), Nani Rahim menambahkan, rapid test hanyalah alat untuk deteksi dini, apakah seseorang pernah terpapar virus corona ataukah tidak.

“Jika pemeriksaan rapid test positif, tandanya orang tersebut pernah terpapar virus corona, walaupun tidak menimbulkan gejala,”ungkapnya.

Menurutnya Nani Rahim, untuk membuktikan apa betul orang ini terinfeksi covid-19, maka perlu test konfirmasi dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan prinsip kerja rapid test tambahnya, adalah mendeteksi adanya antibody yang dibentuk oleh tubuh seseorang terhadap paparan virus.

Penggunaan rapid test kata Nani Rahim, minimal dapat membantu mengarahkan petugas kesehatan  bagi pasien tersangka Covid-19. “Jika terjadi perburukan gejala pada Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan(PDP), maka harus segera di bawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat,”ujarnya

Sebaliknya, “Jika tidak terjadi perburukan, maka cukup dilakukan pemantauan dan mengulang memeriksa Rapid Diagnosa Test (RDT) pada 7-10 hari kedepan. Bila hasil rapid test negatif, ada beberapa kemungkinan,  benar-benar tidak terjadi infeksi, kondisi pasien kurang responsive sehingga belum terbentuk Antibody atau pasien dengan kadar antibody yang rendah,” tambah Nani Rahim.

Ditambahkan, jika rapid test positif, ada beberapa kemungkinan, pasien memang terinfeksi covid-19/ Severe Acute Respiratory (SARS) COV-2 virus, kemungkinan reaksi silang dengan virus corona yang lain seperti SARS-Cov (HCov) atau virus DBD.  “Oleh karena itu, perlu konfirmasi dengan PCR,”katanya.

Dengan memahami konteks pemeriksaan Lab covid-19 tadi ujar Nani Rahim, “Maka kita perlu merumuskan langkah dan tidak mungkin hanya mempertahankan metode PCR, tapi juga tidak bisa serta merta mengandalkan rapid test selanjutnya. Sebab, pemeriksaan covid-19 tetap merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari strategi Trace-Test-Treatment (TTT),”jelasnya.

Dengan demikian kata Nani Rahim, Namlea masih merupakan daerah dengan tingkat transmisi yang relatif rendah, karena strateginya masih difokuskan pada mereka yang telah dinyatakan berstatus PDP, ODP atau Orang Tampa Gejala (OTG). Sehingga diterapkan strategi tracking pada kelompok berisiko, diikuti test/Leb dan treatment atau pengobatan sesuai resikonya. (AK/SW)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *